Senin, 25 Maret 2013

MAKNA TEMBANG LIR ILIR BERDASARKAN FILOSOFI KEHIDUPAN DALAM ILMU TASAWUF (SASTRA JAWA - INDONESIA)


Alam merupakan ayat suci yang tersirat, sumber filosofi kehidupan…!!!

Pernakah kita berfikir dan merenungkan..?

Dari mana / siapa Alam dan isinya diciptakan…!!! Oleh siapa Alam dan isinya diciptakan…!!! Untuk siapa alam dan isinya diciptakan…!!! Untuk apa dan mengapa kita hidup / dihidupkan…!!! Kemana dan dimana tujuan hidup / kehidupan kita…!!! Marilah kita belajar memahami, menghayati, menggali dan  mengkaji ayat-ayat suci. Coba kita rubah pola pikir kita dari puncak menuju lembah ( dari ayat suci yang Tersirry – Tersirat – Tersurat). Dengan memahami, menghayati, menggali dan mengkaji makna Filosofi Kehidupan dan Ilmu Tasawuf, berdasarkan makna Tembang “ LIR – ILIR ” dengan Sastra Jawa dan Sastra Indonesia. Marilah kita renungkan dan kita pecahkan, munculnya isu Mekkah Kembar ( Dzikri Arba’a Insani / Mercusuar Islamic Center Nusantara ). Yang terkait dengan turunya Nabi Adam di Jawa Dwipa. Juga isu keberadaan Negeri SABA dan Nabi Sulaiman di Jawa Dwipa, dengan bukti peninggalan sejarah yang berupa “ CANDI BOROBUDUR ”.


LIR-ILIR, TANDURE WUS SUMILIR

TAK IJO ROYO-ROYO, TAK SENGGOH KEMANTEN ANYAR

BOCAH ANGON – BOCAH ANGON, PENEKNO BLIMBING KUWI

LUNYU – LUNYU PENEKNNO, KANGGO MBASO DODO TIRO

DODO TIRO – DODO TIRO, KUMITIR BEDAH ING PINGGIR

DONDOMONO JLUMATONO, KANGGO SEBO MENGKO SORE

MUMPUNG PADANG REMBULANE, MUMPUNG JEMBAR KALANGANE

YO SORAK-O   SORAK HORE…….!


ARTI
 

Minggu, 10 Maret 2013

LIR-ILIR TANDURE WUS SUMILIR



I.         LIR-ILIR TANDURE WUS SUMILIR
A.  LIR-ILIR
Kipas-kipas, agar supaya bara apinya semakin besar
Kehidupan manusia itu, tidak bisa terlepas dari bara api, yang berupa semangat kehidupan
Semangat kehidupan itulah, yang bisa melahirkan sekaligus mewujudkan, jiwa perjuangan dan jiwa pengorbanan
Perjuangan dan pengorbanan, untuk mewujudkan Masa depan. Masa depan anak cucu dan masa depan ilmu agama
Agar bisa sempurna hakekat kehidupannya, yaitu bisa melestarikan anak cucu dan ilmu agamanya
Bisa menjaga kesatuan dan persatuan nusa dan bangsa, sekaligus bisa menjaga kelestarian alam semesta
Dalam mewujudkan Rahmatan Lil Alamin

B.  TANDURE WUS SUMILIR
Kalau umat manusia, sudah ada sadar pada hakekat kehidupan dengan tuntunan ilmu agamanya, manusia bakal mengerti, kalau hidup di alam dunia ini, tidak bisa terlepas dari jiwa perjuangan dan jiwa pengorbanan.
H.A. SAHID paring dawuh :


  •  Ojo gelo ojo keciwo, urip iku isine cobo 
  •  Sopo gelem sengsoro, bakal nemoni mulyo
  •  Sopo gelem poso, bakal nemoni riyoyo
  •  Tembe mburi, bakal entuk swargane Kang Moho Kuwoso


Yang artinya :
-       Jangan susah dan jangan kecewa, hidup ini isinya cobaan
-       Siapa mau berjuang, bakal mendapatkan kemulyaan
-       Siapa mau berkorban, bakal mendapatkan kebahagiaan
-       Dialam akhirat, bakal mendapatkan surga Yang Maha Kuasa
 Ono bebasan :
-   Urip kuwi ngundo, wohe wiranti
-    Urip kuwi ngundo, wohe budi-pakerti
-    Urip kuwi ngundo, karmae dewe
  • Sing tumindak becik, bakal ketitik
  • Sing tumindak bener, bakal ketenger
  • Sing tumindak olo, bakal ketoro



Yang artinya :
-       Hidup itu memetik buah, pengertian (ilmu pengetahuan)
-       Hidup itu memetik buah, amal-perbuatan
-       Hidup itu memetik, karma kehidupan
-       Siapa berbuat baik, akan terkuak kebaikannya
-       Siapa berbuat benar, akan terkuak kebenarannya
-       Siapa berbuat jahat, akan terkuak kejahatannya
GORO-GORO
-       Ono critane sak lebete alam bebrayan, kasebut ugo alam mercopodo, ugo kasebut alam ndonyo
-       Lutake toyo samudro, retak-e bumi nusantoro, ugo amuk-e angin puting beliung, ora luput soko karmae, umat manungso
-       Kang silau marang donyo brono, kang silau marang kedudukan klawan panguoso, ugo kang silau marang kaindahane wanito
-       Tansah geguru marang sifat angkoro klawan sifat mayangkoro
-       Numpuk doso, ada soko sifat kamanungsone, cedak marang sifat kayawane, nuruti bisikan syaiton, ado soko pranatan ilmu agamane.
GORO-GORO...
-       Langit murka...!!! Bumi digoncang, badai tsunami menyapu daratan, puting beliung ada dimana-mana.
-       Banyak jerit dan tangis manusia, pada bingung, mencari keselamatan diri sendiri.
-       Sementara waktu, para wakil rakyat, masih menikmati gebyarnya surga dunia. Tertawa berbahak-bahak, pria dan wanita tak ada bedanya, semuanya kelihatan bersenang-senang.
-       Digiri kedaton, ya giri loyo, ya kahayangan suroloyo, pimpinan para dewa, sang Hyang bethoro guru, ya Sang Hyang Manik Moyo, ya Sang Hyang Giri Noto, didampingi kakaknya Bethoro Narodo, ya Kaneko Putro, kelihatan diam....,kelihatan susah hatinya...

Bethoro Narodo     :    Hoo....berkencang-berkencong, bakul terong pinggri embong. Diobrak pamong projo, bakule ayu moblong-moblong, bathuke nonong, ning sayang udele katon bodong...
                                    Adi guru....ada apa...?! Adi guru kok kelihatan susah.
Bethoro Guru         :    Iya kakang...Kakang kaneko putro
                                    Hati saya lagi susah, karena umat manusia banyak yang berbuat kejahatan.
Bethoro Narodo     :    Adi guru....itu sudah biasa isinya dunia itu, ada siang – ada malam, ada terang – ada gelap, ada baik – ada buruk – ada kejahatan.
                                    Itu suratan takdir, dari iradat Yang Maha Kuasa.
Bethoro Guru         :    Apa itu termasuk wujud dari sifat Rohman – Rohim Yang Maha Kuasa...
                                    Belum lama, sang giri wato dengan kakaknya bethoro Narodo musyawarah, Doso Muko, Ya Rahwana Raja, Ya Doso kumoro, yo boso mulyo dengan anoman, ya Anjilo kencono,  ya begawan mayangkoro, ya begawan kapiworo, datang di Balai Pertemuan giri kedaton, ya giri loyo, ya kahayangan suroloyo.
Doso Muko            :    Hu wa ha....pikulun, pikulun bethoro guru
                                    Saya yang datang pikulun (dewa)
Bethoro Guru         :    Yo...kamu masuk, aku terima kedatanganmu
Doso Muko            :    Hormat saya pikulun (dewa)
Anoman                 :    Hormat saya pikulun (dewa)
Bethoro Guru         :    Ya...ya,,, aku terima rasa hormatmu, saranku saja coba kamu terima
Doso Muko            :    Saya terima dengan kedua tanganku, semoga jadi pedoman hidup saya, pikulun
Anoman                 :    Saya terima dengan kedua tanganku, semoga jadi pedoman hidup saya
Bethoro Narodo     :    Hoo...Berkencang-berkencang, soto rombong, bakule arek lamong...dosomuko, kamu kok gak seperti biasanya, pakai kopyah putih, minyak melati apa pulang dari tanah suci, melaksanakan ibadah umroh – haji..
Doso Muko            :    Hu wa ha...iya pikulun (dewa).
Bethoro Narodo     :    Sudah membandingkan rupa (wajah), sama orang baduwi.
Doso Muko            :    sudah, mirip...!!! tapi kalah bau badannya. Kalah bempernya.
Bethoro Guru         :    Maksudnya kalah bemper..??
Doso Muko            :    Iya pikulun, bempernya orang Baduwi itu, bemper fortuner, bemper LC, bemper Pajero.
                                    Bempernya saja segitu besarnya, gimana empuknya joki yang ada didalamnya, dan besarnya tongkat persnelengnya.
Bethoro Guru         :    Kok tidak seperti biasanya, kamu kok bisa rukun dengan Anoman.
Doso Muko            :    Iya pikulun, ini jaman akhir, jaman Edan
                                    Kalau gak rombongan, gak kebagian
                                    Kalau gak kualisi, gak dapat isi
Bethoro Guru         :    jadi kamu pergi, ketanah suci itu, untuk menutupi dan mengelabui rakyat kecil.
                                    Walau yang kamu pakai mbayar ONHnya, hasil dari korupsi.
Doso Muko            :    Hoo....masalah THIKJI-KEHSI, pikulun
Bethoro Guru         :    Maksudnya...!!!
Doso Muko            :    Sing Thitik gaji-sing akeh korupsi
                                    (yang sedikit gaji-yang banyak korupsi)
Bethoro Guru         :    Yaa.. tidak jadi apa, Yang Maha Hidup, ya Yang Maha Suci itu, Dzat Yang Maha pengampun, Maha Arif, Maha Bijak, Maha adil. Tapi kamu harus mengerti...!!! kesempurnaan ibadah vertikal, tidak bisa lepas dari kesempurnaan ibadah horisontal. Itu sudah  jadi tolak-ukur Hukum Alam, ya hukum sebab dan akibat.
-       Siapa menabur angin, akan menunai badai
-       Siapa menanam ilalang, akan terkena duri berantai
-       Birunya langit, tak bisa lepas dari jingga dan merahnya mentari
-       Juga tidak bisa lepas, dari hijaunya pepohonan dan rerumputan
-       Yang dipantulkan, oleh jernihnya air lautan
Doso Muko            :    Anoman, jangan diam saja. Bab ini ya tinggi ya dalam perlu dinaikan, ya diturunkan, dibesarkan, ya dikecilkan 6 jadi 9, 9 jadi 6.
Anoman                 :    Ya pasti saja, kalau tinggi pasti panjang pinggangnya. Dalam kinerjanya itu tafsir 1000 mimpi.
Doso Muko            :    Bukan itu maksudku Anoman, ayo dinalar dengan Alam fikir, menggunakan naluri dengan alam bathinya. Direnungkan dengan alam dzikirnya / alam kopinya
Anoman                 :    Pikulun, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya
                                    Apa makna dari birunya langit itu
Bethoro Guru         :    Birunya langit, itu simbol Alam Surga (Akhirat)
-       Jingga dan merahnya mentari, itu simbol semangat kehidupan manusia, yang berupa jiwa perjuangan dan jiwa pengorbanan
-       Hijaunya pepohonan dan rerumputan, kamu harus mengerti, kalau didalam diri manusia itu, ada Nur Muhammad, yang berupa Nur Kehidupan (simbolnya warna hijau). Nur Kehidupan itulah, yang melahirkan keindahan, ketentraman dan kedamaian hidup manusia. Ibarat hijaunya atau asrinya pepohonan dan rerumputan, yang memberi pengayoman dan penghidupan.
-       Yang dipantulkan, oleh jernihnya air lautan.
Surga Allah, bisa didapat dan dinikmati dengan pantulnya atau hasilnya, sifat yang sabar, tabah dan tawakal.
-       Air, gambaran / simbol kesabaran manusia
-       Luasnya samudra / lautan, gambaran ketabahan manusia.
-       Dalamnya lautan, gambaran / simbol kedalaman manusia dalam mengkaji ilmu agama, untuk meningkatkan tawakalnya.
Doso Muko            :    Sudah mengerti Anoman.
Anoman                 :    Sudah, tapi belum semua
                                    Bagaimana, kalau menurut kitab gathukmu
Doso Muko            :    Kitab gathuku nggak nutut / sampai situ
                                    Kalau pendetanya nggak ngerti, alias bodoh, apalagi muridnya.
Anoman                 :    Jangan kurang ajar, dialam dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna.
Bethoro Guru         :    Dosomuko...!!! apa kamu sudah mengerti hakekat ibadah umroh-haji.
Doso Muko            :    Sudah pikulun
Bethoro Guru         :    Coba jelaskan dengan rincian makna
Doso Muko            :    Towaf, memakai pakaian  ihrom, diawali dari sudut hajar-aswad yang ditandai dengan lampu hijau. Sya’i, lari-lari kecil, bolak-balik dari bukit sofa ke bukit marwah, bukit marwah ke bukit sofa. Wuqub, kemah dipadang Arofah. Mabit, mengambil kerikil untuk lempar jumroh lempar jumroh aqobah, wusta dan ula.
Bethoro Guru         :    Itu rukun atau syarat ibadah umroh-haji.
-       Ada salah satu sahabat, bertanya kepada nabi Muhammad
-       Ya Rasulolloh, siapa diantara jama’a ini, yang mendapatkan gelar Haji Mabrur, Rosululloh menjawab, kamu susul kerumahnya, dia nggak jadi pergi (naik haji), karena ONHnya dikasihkan kepada tetangganya yang lagi sakit.
Kalau mengkaji riwayat itu : ibadah Umroh-haji, ditekankan pada bersihnya hati, jernihnya naluri, terangnya nur’aini. Namun paling sempurna, ya dilaksanakan syariatnya ya hakikatnya. Iya hanabudu wa iya hannastain...
Syariatnya, supaya mengerti asal-usulnya agama islam. Mengerti keadaan negara Arab Saudi, juga bisa napak tilas, perjalanan Nabiyullah Ibrahim, Nabiyulloh Ismail dan Siti Hajar.
-       Hakekatnya, aku jelaskan Garis Besarnya saja, nanti penjabarannya (penjelasannya), kamu tanya kakang Semar.
-       Pakaian Ihrom, itu simbol fitronya manusia
Putih, bersih, suci dan sufi.
-       Sudut Hajar Aswad. Hajar Aswad itu batu surga mengingatkan manusia pada kedudukan ahli surganya. Bisa jadi ahli surga kembali, kalau bisa melaksanakan towaf, dengan sapta jendranya, menggunakan ajaran syariat, tharikat, hakekat, ma’arif syariat menggunakan Panca Indranya. Tarikat-hakikat menggunakan Indra ke 6 (indra bathin).
-       Ma’rifat, menggunakan indra ke 7 (sapta jendra), dengan alam dzikirnya, itu makna 7 putaran. Kalau 7 sempurna, manusia bisa mengembalikan fitronya, surga tempatnya.
-       Syai, bukit sofa, bukit marwah
Bukit sofa, itu simbol ppayudara kanan, tempat air, tempat  darah putih, urusan hablu minalloh/ibadah vertikal
Bukit marwah, itu simbol payudara kiri, tempat api, tempat darah merah, urusan Hablu Minanas/Ibadah Horisontal.
-       Wukub, mabit dan lempar jumroh, nanti kakang semar  yang menjelaskan.
Anoman                 :    Kalau belum ngerti hakekatnya Haji, lepas saja kopyah kajimu. Bagaimana kitab gathukmu, sampai situ apa tidak...?!
Doso Muko            :    Pakemnya (pedomannya) belum sampai situ, yang menulis pakem masih S2, belum profesor.
Anoman                 :    Pikulun saya mohon saran...
                                    Apa benar besok akhir jaman, kalau sudah saatnya tiba, ada Mekkah kembar. Dengan sebutan Dzikri Arbaa Insani, yang jadi kiblat, telapak kaki kanannya manusia surga, yaitu Nabi Azam.
Bethoro Guru         :    Itu omongan/ berita yang hukumnya belum akurat. Memang...!!! kanjeng Nabi Muhammad pernah bersabda “besok akhir jaman, ada seorang pemimpin dari arah timur. Tafsir itu, mari sama-sama kita cari kebenarannya. Kebenaran ayat suci yang tersurat, juga yang tersirat. Kebenaran berdasarkan kitab suci, juga kebenaran berdasarkan bukti-bukti alami.Yang lebih mengetahui bab masalah itu, kakang Semar.
                                    Disebut semar : Sem-peteng (gelap), Mar-padang (terang).
                                    Pertemuan gelap dan terang atau pertemuan malam dan siang disebut Magrobi atau magrib.
-       Gelap : simbol kehidupan alam dunia, karena alam dunia itu ibarat penjara (tempat hukuman) kalau ingin selamat ketemu surga terang (alam surga) harus mengikuti tuntunan ilmu agama.
-       Padang (terang) : simbol alam surga
Oleh sebab itu manusia, disebut makhluk magrobi, artinya :
-       Nabi Adam, ibu Hawa : mengawali / memulai hidup di alam dunia,itu ibarat alam kegelapan, waktu malam. Harus bisa menerangi kegelapan malam, dengan sarana sholat sembayang, juga dengan sarana wirid-dzikir, agar sempurna ibadah kehidupan alam dunianya.
-       Nabi Adam Ibu Hawa : mengakhiri kehidupan alam surga kehidupan alam terangnya (ibarat siang).
Oleh sebab itu, tempat turunya ibu Hawa, disebut Magrobi.

CUPLIKAN...GURU
Semar                     :    Negeri SABA (SA : Nusa, BA : Bagaian)
                                    SABA, itu kan bisa dimaknai Nusa Bagaian
                                    Nusa maknanya kan pulau. Pulai Bagaian
                                    Negeri SABA, dihancurkan oleh Allah, sehancur-hancurnya menjadi ribuan pulau kecil.
Arjuno                    :    Jadi kalau dinalar, negeri SABA itu, negara kepulauan
                                    Gabungan pulau-pulau kecil, seperti nusantara...
                                    Gabungan Nusa Bagaian, atau gabungan pulau-pulau kecil, diantara dua benua. Makanya disebut NUSANTARA. NUSA (PULAU) DIANTARA disingkat ANTARA. Dimaknai NUSA ANTARA jadi NUSANTARA.
Bagong                  :    Mo, (Mo = Romo / Bapak), padahal dialam dunia ini, gak ada negara kepulauan, selain negara kepulauan ibu pertiwi.
                                    Kalau dipikir MO, dengan bukti ayat suci yang tersirat atau dengan bukti-bukti alami, berarti Mbah Sulaiman itu ada dibumi pertiwi ya MO.
Semar                     :    Itu kata orang gong. Hukumanya belum akurat.
Bagong                  :    Apa benar MO, bangunan Nabi Sulaiman itu, tidak ada yang bisa nandingi kemegahannya, sampai hari kiamat.
Semar                     :    Itu benar gong...!! Dalam arti, kemegahan dari nilai seni ukirnya, nilai budayanya dan nilai agamanya.
Bagong                  :    Berarti Candi borobudur  itu, bangunannya Mbah Sulaiman ya MO kemegahannya candi Borobudur, sampai sekarang kan belum ada, yang bisa menandingi MO, ratu peri, yang disebut ratu belqis itu siapa MO. Apa ya ratu pantai selatan itu MO.




II). Tak ijo royo – royo, tak senggo kemanten anyar
a)      Tak ijo royo – royo…. Meniko maknanipun ASRI
Hasil perjuangan klawan pengorbanan, engkang arupi syair agomo islam
Sampun sumrambah ugi nyawiji marang umat
Kehidupan umat sami ASRI
A      =    ayem tentrem
S       =    seneng tur bahagia
R      =    raharjo / rahayu / damai
I        =    ing pinanggih
Pinanggi marang hakime urip, engkang artosnipun :
*      Saget ngelestariaken anak putu ugi ilmu agamane
*      Saget ngaji ugi mujudtaken, kesatuan ugi persatuan nuso klawan bongso
*      Saget ngaji ugi mujudtaken, kelestarianipun alam semesta
*      Sahinggo umat, gesangnipun slamet ndonyo dumugi akhiratipun
Sesepuh pinisepuh dawuh : uripe umat podo ayem tentrem, seneng tur bahagia, ugo damai, pinanggih gemah ripa loh jinawi.
b)      Tak senggoh kemanten anyar.  
Boso kemanten anyar AM3, aku mau meluk tapi malu
         Agami islam, disaat zaman wali songo, meniko kalebet agami import, engkang tasik enggal. Sak derange agami islam, sampu wonten agama import, ingkang mlebet langkung rumiyin, inggihmeniko agami Hindu kalian agami budha.
Ananging senaoso agami islam, agami ingkang tasik enggal, agami islam mampu, damel ayem tentrem, seneg tur bahagianipun poro umat gesangnipun umat katon guyub rukun
Sarono ikhlas penggalih, katha poro umat, engkang meluk agami islam
         (laras lir –ilir…)

*    Goro - goro
*      Ono cinarito, saklebete alam bebrayan, kasebut ugo alam mercopodo, ugo kasebut alam ndonyo.
*      Lumengser soko kedaton nirwono, kasebut ugo alam swargo, krono ora kuat panggodo, nuruti sukmo angkoro – sukmo mayangkoro.
*      Inggih meniko, dedaharan buah kuldi.
*      Sinten to pawongan meniko, inggih meniko Bopo Adam – Ibu Howo
*      Tumurune Bopo Adam – Ibu Howo, ndadikno menungso sak alam ndonyo
*      Kanggo mbalikno Jatidiri (Fitro) mangsone, kang akaryo jagad, yo kang moho suci, paring usodo, awujud kitab suci
*      Kitab suci taurot, zabur, injil klawan Al – Qur’an
*      Ora bedo, anane empat penjuru angin ono lor, wetan, kidul klawan kulon
*      Senajan teko lor, wetan, kidul klawan kulon, ndeleng suryo klawan rembulan among sawiji
*      Ojo ndeleng lembahe mengko biso kejegur nang jurange.
*      Ayo ndeleng puncak e, krono tunggal tujuane
*      Puncak e among sawiji, puncak gunung, tunggal sak sarung
*      Ayo eling marang hakikine urip, supoyo biso nglestarikno anak putu
-    klawan ilmu agamane
-    biso njogo kesatuan klawan persatuan nuso klawan bongso
-    ugo biso njogo kelestarian alam semesta
-    mujudno rahmatan lil alamin. Ho…ho….ho
*      Sak wetawis wedal, wonten karang pedesaan klampis ireng, Ki lurah Semar
- Bodronoyo, yo Ismoyo jati, kalian putro Bagong, Yo Jomblo, paring panglipure dumateng engkang bendoro, inggih meniko panengake pandowo, Raden Permadi, Arjuno, yo Janoko
*      Semar meniko pawayangane dewo kang kamanungsan, kang tumurun soko kahayangan
*      Kasebut Semar : sem-peteng mar-padang
*      Peteng nggambarno alam ndonyo. Padang nggambarno alam swargo
*      Peteng, urip ono alam ndoonyo kuwi, ibarate urip ono papunjaran kang dibatesi ruang klawan waktu, isine among ujian klawan cobaan kudu biso nggoleki padang sak jerohne peteng maknane, kudu biso nglakoni sujud-syukur, sak jerohne ngedepi ujian klawan cobaane urip sarono pranatan ilmu agamane.
*      Sujud-syukur utowo sholat-sembayang kuwi, minongko wujud sirotul mustaqim
*      Semar kasebut ugo ismoyo jati
*      Moyo sing maknane samaring-samar. Jati sing maknane sejatine urip
*      Ismoyojati, manungso kang mangerteni samaring-samar, mungguke sejatine urip

Semar                       :  Bagong…!!! Ayo nggolek panglibur ati. Bendaramu ben ora susah kauti tembang lir-ilir gong.
Arjuno                      :  Kakang Semar, buah kuldi kuwi buah opo.
Semar                       :  Buah kuldi meniko, buah ajaib den
                                    Buah kang biso ngguyu klawan nangis
                                    Sedoyo manungso kadunungan, ananging mboten mangerteni dununge.
Arjuno                      :  Kabeh nduwe, ning ora ngerti panggonane / maknane
Semar                       :  Inggih den…
Arjuno                      :  Lanang yo kanggonan, wadon yo kanggonan…?!
                                    Yen lanang wujud opo, yen wadon wujud opo…?!
Semar                       : Menawi kakung, wujud bukit kembar
                                    Menawi estri, wujud gunung kembar
                                    Wonten pewayangan : Doso muko, inggih Rahwono Rojo, meniko rojo kang sakti mondroguno. Menawi sampun ketapaan gunung sak kembaran, ical doyo kesaktianipun. Dosomuko enget dumateng sangkan paraning dumadi. Enget dumateng lampahe tirto suci, kang dumawah wonten sendang panguripan, engkang wonten saklebete guo panglimunan.
Bagong                     :  Mo, tirto suci kuwi, opo ono hubungane karo gunung sak kembaran Mo.
Semar                       : Yo mesti ono gong, ceblok-e banyu suci kuwi, krono doyo kesaktiane gunung sak kembaran.
Bagong                     :  Berarti gunung sak kembaran kuwi, sakti banget yo Mo.
Arjuno                      :  Guo panglimunan, kuwi guo opo kang Semar…??
Semar                       :  Guo ingkang ditutupi kalian takbir, supados mripat kasat, mboten saget ningali
Bagong                     :  Opo’o Mo yen katon…….!!
Semar                       :  Ake asu sing jogok, gong.
Arjuno                      :  Bagong aku kok yo moro kelingan, karo woro sembodro – woro Srikandi. Kuwi kan yo gunung sak kembaran
Bagong                     :  Mo, opo yo podo karo bukit sofa – bukit marwah
Semar                       :  Iyo gong, serupa tapi tak sama
Arjuno                      :  Opo yo ono hubungane karo ibadah umroh - haji
Semar                       :  Injih Den, ongko 5 wujude 7, ongko 6 wujude 9
Arjuno                      :  Aku kok yo durung nate oleh pelajaran kuwi…?!
Bagong                     :  Sampun Den, wedal meniko, Raden mboten melebet kuliah. Amergi Raden tasik gandrung – gandrunge, kalian ndoro ayu woro Sembodro. Raden kalian ndoro ayu, ningali bangunane mbah Sulaiman, tindak Borobudur.
Arjuno                      :  Kakang Semar cobo jelasno maknane buah Kuldi
Semar                       :  Pangapunten Den. Dereng titiwancinipun. Mangkeh ndadosakeh fitnah. Monggo nenggo 6 wujude 9
Bagong                     :  Mo, kok yo ngenteni 6,7,8,9 to Mo
Semar                       :  Iyo Gong ben ngerti alur ceritane
Arjuno                      :  Opo maknane 5 wujude 7, 6 wujude 9
Semar                       :  Ongko 5 manjing wonten fardune urip kang arupi sholat 5 waktu. Ongko 5 no.2, manjing wonten rukune Islam. Wonten pewayangan, digambarno Pendowo 5. pendowo 5 biso babat alas amarto, ugi biso ngedekno negoro amarto, dibantu sesepuh – pinisepuh, cacahe dadi 7. kasebut pendowo 7
Arjuno                      :  Tegese ongko 7 kuwi iku opo, kakang Semar.
Semar                       :  Menawi manungso sampun nglampai sholat 5 waktu, ugi sempurno, sak lebete nglampai rukun Islam, sarono ibadah hajine. Menungso keda saget mengkaji diri pribadine.
                                    Saklebete diri menungso meniko, wonten indra ke 7, engkang kesebut sapto jendro. Indra ke 5, kasebut panca indro. Indro ke 6 kasebut indro bathin (mata bathin). Indro ke 7 kasebut sapto jendro. Panca indra, nggunakno nalar sarono alam fikire
                                    Indro ke 6, nggunakno naluri sarono alam bathine
                                    Indro ke 7, nggunakno nur’ainine (nuranine), sarono alam dzikire.
Bagong                     :  Mo, 7 kuwi maknane towaf 7 kali putaran yo Mo
Semar                       :  Iyo Bagong. Kuwi kiasane / gambarane, sarono ajaran hakekat –  ma’rifat
Arjuno                      :  Opo hubungane ongko 7 karo pakaian ikhrom
Semar                       :  Pakaian Ikhrom, meniko kan putih to Den
                                    Putih meniko nggambarake fitrone manungso
                                    Putih, bersih, suci nan sufi
                                    Sing putih klawan sing bersih atine, yo sing suci/jernih nalurine, supoyo sufi perilakune. Tinemu pandange nur’aini
Bagong                     : Maksud e putih bersih atine, suci nalurunine, sufi perilakune, tinemu pandange Nur’aini kuwi piye Mo
Semar                       : Sing putih, sing becik niate, sing bersih, ojo pamrih marang liyan. Sing suci. Yen wis becik niate, ado sosko sifat pamrih e, cedak marang roso/sifat kemangnungsane, tinemu padange Nur’aini kang wujud e bimbingan, petunjuk pitulungan ugo kanugrahan kang Moho Suci

                                   Diriwayatno karo salah sijine sahabat. Sahabat kuwi ora sido lungo kaji, krono tonggone loro, tur yo butuh biaya kanggo berobat.
                                  - Sarono niat sing becik, tanpoh pamrih, didasari roso kemangnungsane sahabat kuwi maringno ONH ne marang tonggone sing loro
                                  - Kang Moho Suci paring kanugrahan marang sahabat kuwi awujud gelar Haji Mabrur.
Arjuno                      : Dadi sahabat kuwi, ora sido nang mekah, ora ngaloki towaf klawan sya’i, ora ngelakoni wuqub, mabit klawan lempar jumroh.
Bagong                     :  Mo, berarti sahabat kuwi, ora nglakoni rukune ibadah umroh – haji,
Semar                       :  Ora Gong, mangakne yen nyurasani, gelar haji mabrur, kuwi ora ono langkah, ning ono laku klawan lampahe. Ora ono keaku-ane, ning ono kulo klawan ingsune.
Arjuno                      :  Opo maksute, langkah, laku, lampah. Ugo aku, kulo, ingsun.
Semar                       :  Langkah meniko rencana/syariat. Laku meniko tindakan / hakekat.
                                 -  Lampah meniko tujuan akhir / ma’rifat
                                 -  Aku meniko tasek ngunak-aken genine, sarono kodrat munggue kuoso manungsane.
                                 -  Kulo, meniko, sampun ngunakaken banyune, sarono sifat tawadu’e (sifat malaikat) mungguke tuntutan agomone
                                 -  Ingsun, meniko sampun sadar marang kedadean bumine, tumrape langite. Sadar marang kedudukan hamba, marang sang khaliq.
                                 * Mangerteni, menawi gesang wonten alam ndonyomeniko, sak dermo nyenyuwun, sak purbo nglakoni, kudu nerimo ig pandum peparinge Gusti.
                                 * Sesepuh – pinisepuh dawuh :
                                    -  Urip sak madyo, ngenteni giliran mati
                                    -  Kanggo netepi, amanate gusti
                                    -  Sarono ageman, ayat – ayat suci
                                    -  Supoyo menungso, biso mbalikno jatidiri
                                    -  Tumuju marang swargane, Kang Maha Suci
Bagong                     :  Mo, tapi yen ora lungo, nang Mekkah, nang Madinah, nang Arab Saudi ora oleh gelar haji lho Mo.
Arjuno                      :  Bagong, gelar haji kuwi abot lho….!!
Bagong                     :  Abot pripun Den
Arjuno                      :  Aku wae, yen mlaku – mlaku kopyah kajiku tak copot. Aku ben iso, ngodo ayam kampus, ayam industri
Bagong                     :  Den – den, lanopo nggodo ayam kampus, ayam industri. Wonten griyo wonten ayam panggang.
Semar                       :  Bagong sempurnane urip kuwi, kudu dilakoni kabeh.
Bagong                     :  Maksude Mo
Semar                       :  Teko lembah nuju puncak, mungguhe Rukun Islam. Teko puncak nuju lembah, mungguke Rukun Imam
Arjuno                      :  Kakang Semar, opo maksudte, lembah nuju puncak.
Semar                       :  Ibadah engkang paling sempurno, meniko keda dipun dasari sarono ajakan syariat. Nyurasi perbedaan pendapat, sak lebete ajakan tarikat, keda arif, ojo ndeleng perbedaan lembahe, ning ndeleng tunggal puncake. Ojo seneng ngembangno sayap khilafiyahe ning kudu biso njogo ukuwahe supados ngerti hakikine uripe, siji puncak, tunggal sak sarung
Bagong                     :  Berarti paling sempurno, kudu nglakoni syariate yo Mo
Semar                       :  Iyo Bagong. Ben wero asal usule agomo Islam, wero Mekah – Madinah, wero negoro Arab Saudi, Ugo biso napak tilas, perjalanan Nabiyullah Ibrahim, Ismail karo Siti Hajar.
Arjuno                      :  Kakang Semar, opo maksude, Puncak nuju lembah, munggake rukun iman
Semar                       :  Rukun iman kan wonten 6 cacahe. 6 wujude 9. ongko songo manjing ono sifat satrio. Sing maknane Sat = 6, Trio = 3, 9 cacahe, ono pulau jowo, satrio kuwi kasebut wali songo. Meniko maknane, puncak gunung, tunggal sak sarung. Mangke engkang saget medarakan, inggi meniko sinuwun ndiworowati, Sri Nalendro Bethoro Krisno
*** Cuplikan
Arjuno                      :  Kokoh Prabu, nopo leres, pulau jowo meniko wonten kembaranipun…?
Krisno                      :  Yen dimaknai soko Arane Jawa Dwipa, Dwi kan maknane 2, Pa kan maknane papan / pangonan. Dadi pula jowo kuwi, ono 2 panggonan. Yen didelok soko asal – usule, daratan India karo pulau jowo mbiyen kan dadi siji. Krono fenomena alam, darat kuwi pecah dadi 2, yo kuwi daratan India, karo pulau jawa dwipa.
Arjuno                      :  Berarti leres, menawi wonten pendapat, adat budayanipun India kalian Jawa dwipa meniko, katha engkang sami. Ugi penafsiran mandapnipun Bopo Adam.
Krisno                      :  Yo jelas to Dimas, penafsiran mudune Bopo Adam kuwi, kan ono daratan India. Padhal waktu Bopo Adam mudun soko alam swargo kuwi, daratan India karo daratan Jawa Dwipa kan isik dadi siji.
Bagong                     :  Sinuwun, berarti menawi dipun nalar, mandapnipun Bopo Adam, saget ugi wonten jawa dwipa.
Krisno                      :  Iyo Bagong. Pendapatmu kuwi bener. Ning sing paling bener, ayo podho digoleki kebenerane sing sak mestine.
Arjuno                      :  Maksutipun, kebenaran sing sak mestine, meniko kados pundi…?
Krisno                      :  Kang Maha Suci, ndadikno ayat suci 3 perkoro…. Ongko 1 ayat suci sing tersirry, ongko 2 ayat suci sing tersirat, ongko 3, ayat suci sing tersurat.
Bagong                     :  Sinuwun, nopo maknane, tersirry, tersirat, ugi tersurat meniko.
Krisno                      :  Tak jelasno garis besar wae. Penjabarne mene wae.
                                 -  Tersirry, mangertenono yen Kang Maha Suci kuwi ndadikno Nur Muhammad, dadi 4 perkoro, dadi Nur api, nur air, nur angin klawan nur bumi.
Bagong                     :  Sinuwun, wujude nur api, nur air, nur angina klawan nur bumi, meniko nopo?
Krisno                      :  Iyo Bagong. Mene wae tak jelasno.
                                 -  Tersirat, alam sak isine kuwi, bukti ayat suci sing tersirat.
Arjuno                      :  ugi termasuk peristiwa / fenomena alam…?
Krisno                      :  Iyo Dimas.
                                 -  Tersurat, ayat – ayat suci sing tertulis sak jerohne kitab suci
Arjuno                      :  Dados kitab suci meniko maksute, saking ayat suci engkang tersirry kalian engkang tersirat.
Krisno                      :  Iyo Dimas. Ning durung kabeh.
*            SINONIM (PADAN KATA)
1)      Allah / Allohu Robby
2)      Yang Maha Kuasa
3)      Kang Akaryo Jagad (yang mencipatakan jagad/alam sang pencipta alam semesta )
4)      Kang Moho Suci (Yang Maha Suci)
*            SINONIM (PADAN KATA)
1)      Kedaton Nirwono (Kiasan Alam Surga)
2)      Kedaton Langit (Kiasan Alam Surga)
3)      Alam Surga
*            SINONIM (PADAN KATA)
1)      Satu puncak gunung, tunggal sak sarung
2)      Satu Asal – usul (satu generasi Adam – Hawa), satu wadah, satu nenek moyang.

Bersambung. . . .(Klik Halaman Berikutnya)

  Back Pages 2I 1 I 2 I 3 I 4 I Next